Senin, 10 Desember 2012

Metode QIRA'AH




MAKALAH
METODE QIRA’AH


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Assalib Attadris 1
Dosen : Hasan Saefullah, M.Ag



Disusun Oleh:
Danu Sulaeman                                          (1410120082)
Fatimatul Hadawiyah                                 (1410120056)
Melly Nur Alami Umida                             (1410120066)


TARBIYAH/PBA_B/V


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN) SYEKH NURDJATI
CIREBON
2012









BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang         
Banyak cara yang ditempuh agar seseorang memperoleh pengetahuan. Salah satunya yang paling sering dilakukan adalah melalui membaca. Ini tampaknya lebih menekankan pengertian membaca sebagai kegiatan seseorang untuk memperoleh pengetahuan melalui sumber-sumber tekstual, seperti buku, artikel, koran dan sebagainya, dengan menggunakan mata atau pandangan sebagai alat utamanya. Jika diperluas lagi, pengertian membaca di sini sebenarnya tidak hanya persepsi visual terhadap bentuk rangkaian kata-kata (verbal) tetapi juga dapat berbentuk simbol-simbol lainnya, seperti angka, gambar, diagram, tabel yang di dalamnya memiliki arti dan maksud tertentu.
Yang dimaksud membaca ialah menangkap pikiran dan perasaan orang lain dengan perantaraan tulisan (gambar dari bahasa yang dilisankan). Tujuannya ialah menangkap bahasa yang tertulis dengan tepat dan teratur. Seseorang dapat mengenal suatu objek, ide prosedur konsep, definisi, nama, peristiwa, rumus, teori, atau kesimpulan. Bahkan lebih dari itu, melalui aktivitas membaca seseorang dapat mencapai kemampuan kognitif yang lebih tinggi, seperti menjelaskan, menganalisis, hingga mengevaluasi suatu objek atau kejadian tertentu.









BAB II
METODE MEMBACA (THARIQOH QIRA’AH)

Pembelajaran qira’ah
Kata Qiro’ah berasal dari akar kata qoro’a-yaqro’u, qiro’atan yang artinya membaca, bacaan. Secara bahasa kata ini berasal dari ayat pertama dari wahyu Al-Qur’an, yakni “iqro”. Kata “iqro” dalam ayat tersebut adalah “fiil amr” mengandung arti perintah untuk membaca. Perintah iqro’ ini dilanjutkan dengan kalimat berikutnya yakni bismirobbikalladzi kholaq, kholaqol insane min alaq. Yakni membaca dengan dasar atau kerangka “ismi rabb” (Allah sebagai Rabb). Makna iqro’/qiro’ah dalam ayat tersebut bukan sebatas harfiah yakni membaca suatu tulisan (saja), tetapi suatu perintah untuk membaca, meneliti, dan memahami. Sedangkan obyek yang harus dibaca adalah tentang manusia sebagai makhluk dan Allah sebagai kholiq (rabb). Jadi, perintah qiro’ah menurut ayat tersebut mengandung makna proses membaca, meneliti (mengkaji) dan memahami (mengenal) segalas sesuatu tanpa batas. (Syaiful gala. 2005. Hal 134).
            Membaca termasuk keterampilan pokok dalam pembelajaran bahasa disamping keterampilan yang lain seperti mendengarkan, berbicara dan menulis. Dalam pembahasan ini penulis mengemukakan beberapa teknik pembelajaran membaca untuk pemula, tujuan pembelajaran membaca, ragam membaca, dan tema-tema lain yang berkaitan dengan pembelajaran membaca.
A.     Metode Pembelajaran Membaca
                        Dalam pembelajaran membaca terdapat beberapa teori dan metode yang muncul dan berkembang. (Muhammad Ali Al-khuli. 2010 hal 107).
1.      Metode Harfiyyah 
                                    Guru memulai pelajaran dengan mengajarkan huruf hija’iyyah satu persatu. Murid pun lambat dalam membaca, karena siswa cenderung membaca huruf per huruf daripada membaca kesatuan kata.
2.      Metode Sautiyyah
                        Dalam metode sautiyyah huruf diajarkan kepada siswa sebagai. Urutan pengajaran ini dimulai dengan mengajarkan huruf berharkat fathah seperti dan seterusnya, kemudian huruf berharkat dhammmah, selanjutnya huruf berharkat kasrah dan sukun. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran huruf berharkat fathatani tanwan. Setelah itu lalu beralih ke pelajaran.
                        Diantara kelebihan metode ini adalah mengajarkan huruf dengan bunyinya bukan dengan namanya. Namun, demikian ada juga kekurangannya diantaranya bahwa metode ini terkadang menghambat kelancaran atau kecepatan membaca siswa, karena siswa terbisa membaca huruf hijaiyyah.
3.      Metode Suku kata 
                        Dalam metode ini siswa terlebih dahulu belajar suku kata, kemudian mempelajari kata yang tersusun dari suku kata tersebut. Untuk mengajarkan suku kata harus didahului oleh pembelajaran huruf mad.
4.      Metode Kata 
                        Metode kata ini memunyai landasan psikologis yang mengasumsikan bahwa siswa mengetahui hal-hal yang umum dulu, kemudian berkembang mengetahui bagian-bagian dari yang umum itu.
                        Dalam mengimplementasikan metode ini, guru memulai dengan menampilkan sebuah kata disertai dengan gambar yang sesuai jika kata itu mungkin digambar, kemudian guru mengucapkan kata itu beberapa kali dan diikuti siswa. Langkah selanjutnya guru menampilkan kata tadi tanpa disertai gambar untuk dikenali dan dibaca oleh siswa. Setelah siswa mampu membaca kata tersebut, baru kemudian guru menganalisa dan mengurai huruf-huruf yang terkandung dalam kata tadi.
Ø  Metode kata ini memiliki beberapa kelebihan
a.       Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan visual manusia yang dimulai dari hal-hal umum
b.      Membiasakan siswa berlatih membaca cepat
c.       Siswa memulai membaca satuan kata yang mempunyai arti
Ø  Metode ini mempunyai kekurangan
a.       Terkadang siswa lebih terfokus pada gambar daripada kata yang diajarkan
b.      Terkadang siswa hanya menebak dan mengira kata berdasarkan gambar, bukan membaca yang sesungguhnya.
c.       Jika kata yang diajarkan bentuknya sangat mirip, siswa terkadang mengacaukannya.



5.      Metode Kalimat
                        Prosedur pembelajaran membaca dengan metode ini adalah dengan cara guru pertama kali menampilkan sebuah kalimat pendek di kartu atau di papan tulis, kemudian membaca kalimat tersebut beberapa kali dan diikuti oleh siswa.
                        Urutan metode kalimat ini adalah dari kalimat ke kata kemudian ke huruf.
            Kelebihan metode kalimat ini adalah:
Ø  Sejalan dengan landasan psikologis pengetahuan dimulai dari hal-hal umum menuju bagian-bagian yang kecil
Ø  Metode ini mengedepankan satuan kalimat atau kata yang bermakna
Ø  Membiasakan siswa membaca satuan yang lebih besar dan memperluas pandangan
            Kelemahan dari metode ini:
Ø  Sedikit banyak menguras tenaga guru dan membutuhkan guru yang terlatih, sementara ketersediaan guru professional dalam bidang pembelajaran bahasa arab bagi orang asing sangat terbatas.

6.      Metode Gabungan
                        Metode ini menggabungkan antara metode harfiyyah, sautiyyah, suku kata, Metode kata, metode kalimat.

B.     Tujuan Qira’ah
                        Adapun tujuan Qira’ah adalah:
a.       Membaca dengan tujuan penelitian atau pengkajian.
b.      Membaca dengan tujuan membuat rangkuman atau kesimpulan.
c.       Membaca dengan tujuan memberi rangkuman.
d.      Membaca dengan tujuan refreshing dan memcari hiburan.
e.       Membaca dengan tujuan ibadah.

C.     Kesulitan-kesulitan Qira’ah
                        Para pembelajar pemula  sering kali menghadapi beberapa kesulitan dalam membaca, diantaranya:
a.       Kesulitan bunyi atau pengucapan
b.      Perbedaan tulisan arab
c.       Lambat dalam membaca
d.      Membaca nyaring
e.       Kosa kata

D.    Meningkatkan kemampuan membaca
                        Ada beberapa strategi yang bisa digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan membaca dan pemahaman siswa.
a.       Penggunaan kamus
b.      Menenal huruf za’idah
c.       Meningkatkan kecepatan membaca
d.      Menyusun alinea





  
BAB III
PENUTUP


            Kesimpulan
                 Jadi dalam metode qiro’ah ini kita lebih memperhatikan cara atau metode bagaimana peserta didik mudah dalam memahami apa yang telah kita jelaskan, dan kita sebagai guru harus mencoba dan mencari metode-metode baru yang bisa membuat mereka lebih cepat paham. Kalau semenjak dini kita sudah mengajari mereka cara membaca yang cepat dan benar maka dengan sendirinya mereka akan selalu membaca.
                 Jika ini sudah terjadi maka bangsa kita akan maju karena bangsa majau yaitu bangsa yang banyak membaca. Mereka akan membaca dalam setiap kesempatan contohnya terlihat tidak hanya dalam perpustakaan umum dan peribadi tetapi juga di stasiun, di kereta, dan dalam perjalananpun mereka membaca.
                                                                                                              






DAFTAR PUSTAKA


Gala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Ali Alkhuli, Muhammad. 2010. Strategi Pembeajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Basan Publishing.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar